Fakta dan Sejarah Bahasa Indonesia

Indonesia terdiri dari 718 lebih bahasa daerah yang termasuk sebagai rumpun Austronesia. Saat kita berkomunikasi dengan orang yang menggunakan bahasa yang berbeda, tentu saja kita akan sulit untuk saling memahami. beruntungnya, kita mempunyai bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Bahasa Indonesia formal yang kita gunakan sekarang tatabahasanya berasal dari bahasa Melayu Riau. Selain itu, kosakatanya sejak awal mendapat banyak serapan dari bahasa Arab, Portugis, Belanda dan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. 

Bahasa Melayu sudah digunakan sejak lama. Prasasti tertua yang menggunakan bahasa Melayu adalah prasasti Kedukan Bukit di Palembang Sumatera Selatan yang diperkirakan berasal dari tahun 686 Masehi. 

Pengaruh Bahasa Asing dalam Bahasa Indonesia

Sebelum digunakan sebagai dasar dari bahasa Indonesia, bahasa Melayu sering digunakan sebagai bahasa perantara untuk perdagangan dari bangsa asing yang datang ke Indonesia. Itulah penyebab banyaknya kosakata serapan dari bahasa asing. Bahasa Melayu pada masa tersebut disebut dengan Bahasa Melayu Pasar karena tidak memiliki standar yang baku. Bahasa Melayu pasar kemudian digunakan juga oleh koran Melayu-Cina sebagai bahasa Jurnalisme.

Agama Islam diperkirakan menyebar ke Indonesia mulai dari abad ke-7 hingga ke-13 di Indonesia. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa pedagang Arab telah berdagang dengan Sriwijaya sejak abad ke-7, walaupun pendapat ini masih diperdebatkan. Masuknya Islam dan kedatangan pedagang Arab diperkirakan telah membuat beberapa kosakata Arab menjadi kosakata serapan di dalam bahasa Melayu.

Bahasa Melayu pernah dibawa oleh Portugis dari Kesultanan Malaka yang mereka taklukkan pada tahun 1511 ke beberapa daerah jajahannya, misalnya Maluku. Selain itu, bahasa Portugis juga memberi pengaruh kepada bahasa Betawi karena kedatangan misionaris Portugis ke Batavia pada abad ke-16. Beberapa Misionaris Portugis sempat menyusun kitab dalam bahasa Mereka saat berada di Indonesia. 

Belanda kemudian melanjutkan penggunaan bahasa Melayu sebagai lingua franca di Indonesia. Pada tahun 1860-an, kamus Melayu-Belanda keluaran pertama terbit sebanyak 3.050 eksemplar di Hindia Belanda. Kamus tersebut disusun oleh Herman von de Wall, seseorang berkebangsaan Belanda yang lahir pada 30 Maret 1807. 

Pembakuan dan kodifikasi ejaan bahasa Melayu pertama dilakukan Prof. Charles van Ophuijsen dibantu oleh Nawawi Soetan Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan tersebut ditulis dalam sebuah buku berjudul Kitab Logat Melajoe.

Pada 28 okt 1928 sumpah Pemuda menyatukan warganegara Indonesia menjadi satu bangsa dengan bahasa Indonesia. Beberapa tahun kemudian KBBI disusun dan diterbitkan. KBBI pertama kemudian direvisi pada tahun 1988, 1989, 1990, dan 1990. Di dalam KBBI pertama tersebut terdapat 62.100 lema. Saat ini, KBBI sudah menyerap banyak kosakata dari bahasa asing sehingga ada lebih dari 110 ribu kosakata dalam KBBI V.

Alfabet dan Ejaan

Bahasa Indonesia awalnya menggunakan alfabet dan ejaan Belanda. Seiring waktu, ejaan tersebut disempurnakan dan diubah hingga menjadi seperti sekarang. Beberapa ejaan yang pernah digunakan di dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
  • Ejaan Ophuijsen (1901)
  • Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947-1956)
  • Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
  • Ejaan Melindo (1961-1967)
  • Ejaan Baru atau Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan(1967-1972)
  • Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)
Perubahaan ejaan Belanda menjadi ejaan yang sekarang dimulai sejak Ejaan Republik. Ejaan Republik disebut juga dengan Ejaan Soewandi. Ada beberapa ciri pada Ejaan Soewandi.
  • Perubahan dari bunyi oe menjadi u
  • bunyi sentak ditulis dengan k 
  • kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 
  • tidak dibedakan antara penulisan di sebagai awalan dan di sebagai kata depan. 
Selanjutnya, ejaan Republik diganti dengan ejaan pembaharuan. Ejaan Pembaruan diketuai oleh Prijono dan E. Katoppo yang menginginkan ejaan baru bahasa Indonesia untuk mengikuti alfabet Ceko pada tahun 1957. Mereka merancang ejaan berdasarkan saran ahli bahasa dari Cekoslowakia Zorica Dubovska.
  • Gabungan konsonan dj diubah menjadi dž
  • Gabungan konsonan tj diubah menjadi č
  • Gabungan konsonan nj diubah menjadi ň
  • Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
Ejaan Melindo disusun antara tahun 1961 sampai dengan 1967 tidak jadi digunakan. Ejaan Melindo adalah hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia pada tahun 1959. Ciri ejaan Melindo adalah perubahan tj menjadi c dan nj menjadi nc. Sayangnya, ejaan ini tidak jadi digunakan.

  • Huruf ‘tj’ diganti ‘c’, 
  • j diganti ‘y,’ 
  • ‘nj’ diganti ‘ny,’ 
  • ‘sj ‘menjadi ‘sy,’ 
  • ‘ch’ menjadi ‘kh.’ 
  • Huruf asing: ‘z,’ ‘y,’ dan ‘f’ disahkan menjadi ejaan bahasa Indonesia.
  • Huruf ‘e’ tidak dibedakan pepet atau bukan.
Perubahan ejaan masih berlanjut pada standar ejaan berikutnya Yaitu ejaan yang disempurnakan atau EYD.
  • oe => u
  • tj => c 
  • dj => j 
  • nj => ny 
  • sj=> sy 
  • ch => kh
  • j => y
Ejaan Republik kemudian diganti dengan Ejaan Pembaruan pada tahun 1967. Ada yang menganggap tanda diakritik diperlukan karena bisa cukup berguna untuk membedakan pembacaan huruf vokal. Karena itu, penggunaan diakritik dikembalikan di dalam ejaan Pembaruan. Tapi, itu kemudian dihilangkan kembali pada EYD (Ejaan Yang disempurnakan). Pada Ejaan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia), tanda diakritik dikembalikan. Tahun 2022, EBI diganti kembali dengan EYD V yang tidak menggunakan tanda diakritik.

Saat ini, bahasa Indonesia menggunakan EYD V setelah sebelumnya sempat berubah menjadi EBI. EYD pertama kali diberlakukan dan diresmikan pada tanggal 26 Agustus 1972. Pemberlakuan pemakaian EYD diperkuat dengan keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. EYD juga digunakan di Malaysia dengan sebutan ERB (Ejaan Rumi Bersama). Walaupun Begitu, Malaysia tidak menggunakan penyebutan Alfabet yang sama dengan Indonesia karena mereka menggunakan penyebutan alfabet Inggris. Perbedaan EYD dengan ejaan-ejaan sebelumnya, yaitu :
  • 'tj' menjadi 'c'
  • 'dj' menjadi 'j'
  • 'j' menjadi 'y'
  • 'nj' menjadi 'ny'
  • 'sj' menjadi 'sy'
  • 'ch' menjadi 'kh'
  • awalan 'di-' dengan kata depan 'di' dibedakan penulisannya.

Sejarah Penyusunan KBBI 

Akar tata bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu. Walaupun Begitu, bahasa Indonesia sudah banyak mengalami penambahan kosakata. KBBI pertama hanya terdiri dari sekitar 62100 kosakata. KBBI disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Pada Tahun 2023, KBBI sudah memiliki sekitar 110 ribu kosakata.

Sejarah KBBI bermula dari Kamus Indonesia pada tahun 1942 yang disusun oleh E. St. Harahap, karena pada masa penjajahan Jepang ada larangan untuk menggunakan Kitab Arti Logat Melayu karya Van Ophuijsen.

Pada tahun 1954, Kamus Modern Bahasa Indonesia yang disusun oleh Sutan Mohammad Zain, seorang guru besar dari Universitas Nasional Jakarta, diterbitkan oleh Penerbit Grafika Jakarta. Kamus tersebut ingin dijadikan sebagai kamus besar atau kamus baku oleh para ahli bahasa. Karena itu, pusat bahasa yang dipimpin oleh Anton M. Moeliono. KBBI pertama diterbitkan bertepatan dengan Kongres Bahasa Indonesia V pada 28 Oktober 1988. 

KBBI memiliki enam edisi. 

  • KBBI Edisi pertama (28 Oktober 1988) : memuat kurang lebih 62.000 lema. Kamus ini dicetak sekaligus direvisi sebanyak empat kali, yakni pada tahun 1988, 1989, 1990, dan 1990.
  • KBBI Edisi kedua (1991) : memuat 72.000 lema.
  • KBBI Edisi ketiga (2005) : memuat 78.000 lema. Menurut Dr. Dendy Sugono, Kepala Pusat Bahasa, kamus ini masih terasa banyak sekali kosakata yang belum masuk. Tetapi karena KBBI merupakan kamus umum yang berisikan kosakata umum, KBBI tidak memuat kosakata dengan berbagai istilah. Untuk penggunaan kamus bidang ilmu tertentu Pusat Bahasa juga memiliki kamus istilah.
  • KBBI Edisi keempat (2008) : memuat lebih dari 90.000 lema. Pada edisi ini, KBBI diperkaya kosakata yang berasal dari kamus istilah, pada edisi ini kamus disusun berdasarkan paradigma. 
  • KBBI Edisi kelima (28 Oktober 2016) : memuat sekitar 108.000 lema, dan bertambah 110.538 pada April 2019. Kamus ini dengan versi cetaknya setebal 2.040 halaman, hampir dua kali lipat versi sebelumnya, 1.400 halaman. 
  • KBBI Edisi keenam (28 Oktober 2023) : memuat 120.465 lema. Ini diterbitkan bertepatan dengan Kongres Bahasa Indonesia (KBI) VII. KBBI Edisi keenam mencantumkan informasi etimologi kosakata dari bahasa Sanskerta, Jawa Kuno, Cina, dan Arab. 
KBBI selalu melakukan perbaikan definisi sehingga definisi bisa berubah dari versi ke versi. Selain itu, ada penyesuaian pelafalan dan penulisan dengan kaidah terbaru.

Bahasa Percakapan VS Bahasa Formal.

Bahasa Formal dalam Bahasa Indonesia menggunakan kosakata baku yang terdapat di dalam KBBI. Bahasa formal digunakan dalam surat resmi, pidato kenegaraan, pengajaran di sekolah, dan rapat resmi. Imbuhan dalam bahasa indonesia formal menggunakan me-, di-, ke-, ber- ter-, pe-, -kan, -an, -i, -lah, dll.

Bahasa percakapan informal dalam Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa Betawi. Bahasa Betawi merupakan bahasa kreol yang tatabahasanya berasal dari bahasa Kawi-Jawi, karena itu awalan dalam Bahasa Betawi cukup mirip dengan bahasa Jawa, khususnya nge-.

Perbedaan lain bahasa formal dan informal ada dalam penggunaan akhiran -in. Selain itu, jika bahasa formal menggunakan tidak, bahasa informal menggunakan kata nggak dan variannya dalam kalimat negatif.

Kosakata dalam bahasa Betawi mayoritas berasal dari bahasa Melayu. Bahasa lain yang menyumbang kosakata ke dalam Bahasa Betawi adalah bahasa Portugis, Jawa, Sunda, Arab, dan Hokkien. Walaupun merupakan gabungan dari berbagai bahasa, bahasa Betawi punya partikel dan kosakata khasnya sendiri. Seiring perkembangan bahasa Indonesia, orang Betawi juga banyak yang menggunakan kosakata serapan dalam Bahasa Indonesia sehingga Bahasa Betawi sering tidak terlihat perbedaannya dengan bahasa Indonesia selain dari aksennya.

Walaupun imbuhan, partikel, dan bentuk negatif bahasa informal dipengaruhi oleh Bahasa Betawi. tidak semua kosakata dalam Bahasa Betawi umum digunakan dalam bahasa percakapan informal. Beberapa kata umumnya diganti dengan bahasa daerah setempat, terutama kata gantinya. Selain itu, bahasa slang cukup mempengaruhi penggunaan bahasa percakapan di Indonesia.
Berikutnya
« Prev Post
Sebelumnya
Next Post »